Monday, 23 May 2016

Aku Anak-anak

sumber gambar: abstractartistgallery.org


Ayah Ibu, aku anak-anak
Nama ku adalah kumpulan doa dan pinta mu pada Tuhan
Aku adalah cermin dari diri mu
Aku anak-anak

Aku bukan robot yang bisa diatur
Aku bukan hewan yang dipelihara
Aku bukan samsak yang bisa dipukul kapan saja
Aku manusia, aku anak-anak

Ayah Ibu,
Banyak teman ku yang diteriaki dan dipukuli karena nakal
Banyak teman ku yang dipekerjakan karena keluarganya butuh uang
Banyak teman ku yang dilecehkan orang kurang ajar
Banyak teman ku yang tak dianggap anak karena lahir tak sempurna

Bimbing kami, bukan memarahi dan pukul kami
Lindungi kami, bukan eksploitasi kami
Sayang dan cintai kami, bukan terlantarkan kami
Hentikan kekerasan pada kami, kami anak-anak

Ayah Ibu,
Maafkan aku yang hanya bisa tertawa dan menangis
Maafkan aku yang terus meminta tanpa memberi
Maafkan aku jika aku lahir tak sesuai harapan mu
Maafkan aku karena aku anak-anak

Tuesday, 26 April 2016

Dear Mantan

sumber gambar: cianellistudios.com

Dear mantan,
Nama mu sakral untuk disebut dan didengar
Ada dendam dan kesal di balik kata mantan
Juga rindu dan sendu yang kadang tak tertahan

Dear mantan,
Kini kau menjadi pisau bermata dua
Satu mata melihat pembenaran atas perpisahan
Satu mata menyayat atas penyesalan

Ingin sekali ku caci mantan,
Dasar anjing, babi, pengkhianat, setan
Bahkan brengsek, busuk, munafik, dan bajingan
Berharap kau mendengar dan menyesal telah menjadikan ku mantan

Terkadang ku juga ingin berkata
Kamu cantik, lucu, manis
Bahkan pintar, penyayang, dan pelipur lara
Berharap kau mendengar dan kembali menerima ku lagi

Dear mantan,
Apapun rupa dan sifat mu sekarang
Kini kau tak lebih dari bayangan caci, maki, rindu, dan sendu.

Saturday, 16 April 2016

Manusia dan Tanah

sumber: wallpaperswide.com
Manusia, makhluk yang tercipta dari tanah.
Tanah menjadi cerminan dirinya.
Mereka rela berdarah-darah demi tanah.
Hidup matinya, hanya sebuah proses dari dan menjadi tanah.

Tanah yang hijau, ia ganti dengan beton.
Ia tanam beton, untuk memetik buah uang.
Buah itu ia pakai untuk membeli tanah lagi.
Makin banyak tanah yang ia miliki, makin ia merasa kuat dan besar.

Ada juga yang menghisap tanah.
Mereka yang mengambil tanah orang lain.
Kemudian dihisap sarinya untuk menanam beton.
Setelah sepah dan kering, ia pergi dan kembali ke tanahnya yang hijau.

Ada juga yang memagari tanahnya.
Ia merasa hak, sampai pada keserakahan.
Bahkan ia tak hanya merasa memiliki tanah.
Melainkan ia merasa memiliki manusia-manusia yang ada di tanahnya.

Ada juga sang ahli tanah agama.
Hanya agamanya lah yang boleh tumbuh subur di tanahnya.
Bukan kah seharusnya semakin paham agama, semakin paham tanah?
Kita hanya tahu tanah agama, daripada agama tanah.

Manusia yang tidak memiliki tanah adalah manusia yang lemah.
Manusia tak punya tanah, diragukan nasibnya sebagai manusia.
Ia akan hidup tak selama dan senyaman yang punya tanah.
Bahkan tak lagi berpikir akan hidup dan mati di tanah siapa, diberi nisan atau tidak.

Ada yang lucu dari yang tidak dan punya tanah.
Semakin banyak tanahnya, manusia itu semakin jauh dengan tanah.
Ia hidup di atas tanah yang ditutupi beton dan hijaunya agama mereka.
Mereka tidak tahu tanah dibawahnya kering dan banyak akar tanah agama yang mati.
Ia semakin tidak mengenali tanah.

Bagi yang tidak punya tanah, justru semakin dekat dengan tanah.
Tidur, makan, hingga tidur lagi selalu bertemu dan menyentuh tanah.
Meski bukan tanahnya, mereka lebih mengenal tanah.
Mereka lebih mengenal manusia.

Berbagi tanah, sama dengan membagi kemanusiaan.
Memberdayakan sesama dari tanah sendiri, sama dengan merawat kemanusiaan.
Menghargai tanah, sama dengan menghargai diri sendiri dan manusia sedunia.
Sejatinya, manusia hanya dari dan akan menjadi tanah.

-Moch. Kukuh Susanto, Fisipol UGM

*silakan sajak ini dipakai untuk kepentingan tanah dan manusia*

Monday, 21 March 2016

Selamat Hari Puisi Dunia: Puisi Untuk Puisi

Puisi bukan hanya kumpulan kata
Setiap katanya dapat berbicara
Setiap barisnya dapat berteriak
Bersatu membentuk maksud penuh makna

Puisi bukan sekedar narasi
Ia dapat menghidupi orang yang mati
Bahkan puisi bisa menyalakan api revolusi
Masuk melalui indera, melewati otak, lalu bersemayam di hati

Ia berlari dari kertas demi kertas
Berbicara dari panggung demi panggung
Mengetuk setiap hati dan pikiran
Meninggalkan pesan yang harus disampaikan

Jadilah seperti puisi
Tak banyak berkata, penuh arti

Selamat hari Puisi Dunia !

Tuesday, 8 March 2016

Kamu dan Gerhana Matahari

Hati ku wis gerhana dik, isi kekosongannya ya.


*Ditulis dalam penantian munculnya Gerhana Matahari